Senin, 08 April 2013

"TUHAN Yesus, ini owe Acong!"


Ini sebuah kisah nyata yang menarik dan menyentuh. Ada seorang pria paruh baya, umur 50 tahunan. Ia dipanggil Acong. Miskin, tetapi jujur dan tekun. Kejujuran dan ketekunannya itu mendapat perhatian seorang pemilik toko material di daerah Glodok, Pinangsia. Acong lalu diangkat menjadi CEO atau penanggung jawab toko tersebut. Usaha material itu pun meraup sukses luar biasa.

Demikian sibuknya Acong di toko itu melayani pembeli, sampai-sampai dia tak sempat makan dengan teratur. Bahkan tidak jarang dia makan sambil tetap melayani. Tetapi, di tengah kesibukannya, setiap jam 12 siang dia menyempatkan diri untuk berlari ke sebuah gereja di dekat situ. Hal itu dia lakukan setiap hari, selama lebih dari tiga setengah tahun.

Sampai suatu hari kecurigaan seorang pastor memuncak... Dia telah lama memperhatikan dan mengamati fenomena aneh yang terjadi di gerejanya itu. Acong datang di pintu gereja, hanya berdiri saja, membuat tanda salib, lalu segera pergi lagi.

Ritual itu dengan setia dilakukan Acong, setiap hari dan itu-itu saja. Apa maksudnya?? pikir si pastor dengan penasaran... Akhirnya pastor itu mencari kesempatan untuk menegur si Acong dan bertanya tanpa basa-basi lagi, "Maaf, Cek (panggilan bagi pria Tionghoa), kenapa Encek tiap hari datang jam 12 begini, cuman berdiri aja di pintu, bikin tanda salib, lalu cepet-cepet pergi?"

Kaget, si Acong dan menjawab sambil tersipu, "Hah?!... Lomo, owe ini olang sibuk, owe punya waktu selikit, tapi owe seneng dateng kemali."

Jelas si pastor belum puas dan terus mendesak, "Emangnya apa yang Encek lakukan di pintu gereja itu?"

Jawab Acong dengan polos, "Ngga ada apa-apa. Benel, owe cuman bilang ini doang... Tuhan Yesus, ini owe, Acong. Udaaah..."

Si pastor pun terbengong, hanya terlontar kata, "Oooh... !" Dan Acong pun bergegas kembali ke tokonya.

Suatu hari Acong sakit parah karena super sibuk dan makan tidak teratur. Komplikasi penyakitnya cukup berat sehingga ia dilarikan ke rumah sakit. Acong bukan orang kaya, dia hanya menempati kamar kelas 3, satu kamar dihuni 6 orang pasien. Sejak Acong masuk, kamar itu menjadi ceria, penuh canda tawa. Tak terasa 3 bulan sudah Acong dirawat. Ia pun sembuh dan diperbolehkan pulang.

Ia gembira, tentunya, tetapi teman-teman sekamarnya bersedih. Selama dia dirawat, semua pasien yang sekamar dihiburnya. Acong setiap pagi menghampiri teman-teman pasiennya, satu per satu, dan menanyakan keadaan mereka masing-masing. Sayang, sekarang Acong harus pulang dan kamar itu akan kembali sunyi.

Akhirnya salah seorang sesama pasien mencoba bertanya, "Eh Cek Acong, mau nanya nih. Kenapa sih Encek begitu gembira, dan selalu gembira, padahal penyakit Encek kan serius?"

Acong tercenung dan menjawab, "Tiap ali, jam lua welas, ada olang laki lambut gondlong dateng, megang kaki owe, lalu dia bilang... Acong, ini aku, Yesus Kristus. Gimana owe nggak seneng, coba..."

0 comments:

Posting Komentar